Tentang Jembatan

Sample 1
suatu jembatan dengan 3 buah pilar beton berukuran 50/50 cm (Gambar 1), terjepit monolit pada balok dan pondasi, dengan tinggi pilar L = 8 m. Modulus elastisitas bahan beton: E = 200000 kg/cm2 = 2000000000 kg/m2.
Jembatan dengan 3 Pilar Penyangga dan Model Bandul Getar
Gambar 1. Jembatan dengan 3 pilar penyangga dan model bandul getar
Kekakuan melintang pilar jembatan(K):
Momen inersia pilar: I = 1/12 × 0,5 x (0,5)3 = 0,0052 m4
Kekakuan 1 pilar: k = 12 (EI/L3).(60%)
= (12 × 2000000000 × 0,0052 )/83.(60%)
= 243750 kg/m .(60%) = 146250 kg/m
Kekakuan 3 pilar: K = 3 × (146250 kg/m) = 438750 kg/m

 Sample 2
suatu pilar jembatan dengan 1 buah pilar berukuran 80/50 cm (Gambar 2), terjepit pada pondasi dan terletak bebas pada ujung atas (kantilever).
Kekakuan melintang pilar jembatan (K):
Momen inersia pilar: I = 1/12 × 0,5 × (0,8)3 m4
Kekakuan 1 pilar: K = 3 (E I/L3).(60%)
= (3 × 2000000000 × 0,0213)/83 .(60%)
= 199687,5 kg/m
Jembatan dengan Pilar Tunggal dan Model Bandul Getar
Gambar 2. Jembatan dengan pilar tunggal dan model bandul getar


Berdasarkan Undang-undang No. 22 tahun 1999 tentang "Pemerintahan Daerah" dan Undang-undang No.18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi" dalam waktu desentralisai saat ini pelaksanaan kebijakan publik berfokus pada operasi di setiap daerah (propinsi / kabupaten ) yang memungkinkan mereka untuk mengatur sendiri prioritas kebutuhan infrastruktur dan jasa konstruksi. Oleh karena itu Daerah / Pemerintah Provinsi sangat diharapkan dalam waktu dekat untuk memiliki kapasitas lebih kuat dalam bidang teknik.
Dalam rangka memantapkan kestabilan sarana perhubungan lalu-lintas angkutan darat yang sangat penting artinya bagi pembangunan nasional, sebagai perwujudan nyata terhadap pelayanan jasa distribusi yang meliputi jasa angkutan dan jasa perdagangan yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain, oleh karena itu sistem jaringan jalan dan jembatan yang merupakan hal yang utama untuk dijaga kemampuan daya layannya.
Jembatan yang merupakan bagian dari jalan sangat diperlukan dalam sistem jaringan transportasi darat yang akan menunjang pembangunan nasional di masa yang akan datang. Oleh sebab itu perencanaan, pembangunan dan rehablillasi serta fabrikasi perlu diperhatikan seefektif dan seefisien mungkin, sehingga pembangunan jembatan dapat mencapai sasaran umur jembatan yang direncanakan.
Para pemerhati Jembatan Indonesia yang terdiri dari Kalangan Pemerintahan, Akademis, Perencana, Pengawas, Pelaksana, Fabrikasi dan Supplier turut terlibat dan bertanggung jawab atas pembangunan jembatan yang efektif dan efisien. Sehingga sistem jaringan jalan dan jembatan yang mantap sesuai dengan tuntutan zaman dan perkembangan teknologi dapat dicapai

PERKEMBANGAN TEKNOLOGI JALAN DAN JEMBATAN

Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang terdiri dari pulau-pulau besar dan kecil yang berjumlah sekitar 17.000 pulau. Dengan memperhatikan kondisi alam Indonesia yang berupa pulau-pulau dengan bukit-bukit, pegunungan dan sungai-sungai besarnya serta kondisi tanah lunak (rawa-rawa & gambut) yang tersebar diseluruh kepulauan Indonesia, sehingga untuk memantapakan sistem jaringan jalan masih banyak diperlukan pembangunan & rehabilitasi jembatan sesuai dengan perkembangan teknologi.Pembangunan jembatan di Indonesia pada dekade 70 dan 80an lebih didominasi dengan teknologi bangunan atas standar seperti tipe rangka baja, gelagar komposit dan balok beton pratekan segmental. Spesikasi pembebanan jembatan yang digunakan pun masih menerapkan perbedaan kelas beban.
Kebijaksanan dibidang jembatan tersebut pada saat itu merupakan pilihan yang tepat mengingat kebutuhan akan pembangunan jembatan yang komprehensip sangat mendesak agar dapat menghubungkan bagian-bagian daerah di Indonesia yang belum terjangkau dengan prasarana jalan.
Kebijaksanaan ini juga didukung dengan kenyataan bahwa dari 88 ribu jembatan yang ada di Indonesia hampir sebagian besar melintasi sungai kecil. Untuk ruas jalan nasional dan provinsi saja memiliki sekitar 32 ribu jembatan dengan panjang total sekitar 54 ribu meter. Jumlah jembatan yang melintasi sungai-sungai dengan lebar lebih dari 100 meter kurang dari 2%. Ini menunjukkan bahwa kebijaksanaan penggunaan bangunan atas dengan tipe dan panjang standar harus lebih diprioritaskan untuk mempercepat program penanganan jaringan jalan secara nasional.
PERSOALAN TEKNIS JEMBATAN
Memperhatikan kondisi jembatan saat ini sangat memprihatinkan terutama dimasa modrenisasi, yang dialami Indonesia tak kunjung berakhir. Persoalan-persoalan teknis Jembatan secara umum dapat dijumpai sebagai berikut :
Pelaksanaan yang belum menguasai metocle konstruksi sesuai dengan perkembangan teknologi peralatan dan material.
Perbaikan/rehabilitasi terhadap kerusakan pada jembatan kurang mengikuti perkembangan teknologi material yang tepat untuk perbaikan.
Penguasaan teknologi perencanaan, metode pelaksanaan, peralatan, material/ bahan yang terbatas unluk pembangunan jembatan panjang, yang makin banyak dibutuhkan saat ini.
Informasi tetang kondisi jembatan di Indonesia yang kurang terbuka buat Pemerhati Jembatan Indonesia, sehingga informasi tentang perkembangan teknologi jembatan tak sampai ke pemakai.
Kemampuan Perencanaan teknis jembatan di daerah kurang mengikuti kemajuan teknologi perencanaan baik untuk jembatan standar apalagi jembatan khusus.
Kegagalan bangunan jembatan, mulai dari penurunan & kerusakan oprit, pergeseran & keruntuhan abutmen dan pilar, retak dan runtuhnya lantai jembatan, rusaknya bangunan pelengkap jembatan, sampai dengan keruntuhan waktu, gerusan air, gempa, longsoran, karat, dll, maupun disebabkan oleh manusia seperti : beban berlebih, tabrakan, dll.





Postingan populer dari blog ini

Karet Elastomer jembatan,Sifat dan Karakteristik pada Material

Karet Jembatan,087859733525,Elastomer jembatan